2.1
Hidro Karbon (HC)
Senyawa
Hidro karbon (HC) terjadi karena bahan bakar belum terbakar tetapi sudah
terbuang bersama gas buang akibat pembakaran kurang sempurna dan penguapan
bahan bakar. Senyawa hidro karbon (HC) dibedakan menjadi dua yaitu bahan bakar
yang tidak terbakar sehingga keluar menjadi gas mentah, serta bahan bakar yang
terpecah karena reaksi panas berubah menjadi gugusan HC lain yang keluar
bersama gas buang. Senyawa HC akan berdampak terasa pedih di mata,
mengakibatkan tenggorokan sakit, penyakit paru-paru dan kanker. (Wira, 2016)
Gas
ini adalah gas yang beracun, berwarna kehitam-hitaman dan beraroma cukup tajam.
Pada dasarnya HC dibentuk selama proses pembakaran di ruang bakar berlangsung
tidak sempurna. Kenaikan HC umumnya disebabkan oleh adanya masalah kelebihan
bahan bakar atau karena kompresi yang rendah sehingga pembakaran tidak sempurna
dan menyebabkan banyak bahan bakar yang tidak terbakar, akibatnya keluar
sebagai HC. HC bersumber dari :
·
Bensin yang tidak terbakar akibat overlap
katup.
·
Gas sisa di dinding silinder dan terbuang
saat langkah buang.
·
Gas yang tidak terbakar akan tertinggal di
belakang ruang bakar setelah misfiring ketika jalan menurun atau saat engine
brake.
·
Gas yang tidak terbakar akibat pembakaran
yang terlalu singkat atau campuran terlalu gemuk.
Apabila campuran kurus, maka
kosentrasi HC menjadi naik, hal ini disebabkan kurangnya pasokan bahan bakar
sehingga menyebabkan rambatan bunga api menjadi lambat dan bahan bakar akan
segera keluar sebelum terbakar dengan sempurna dan juga pada kondisi campuran
kaya konsentrasi HC akan naik akibat dari adanya bahan bakar yang belum
bereaksi dengan udara yang dikarenakan pasokan udara tidak cukup untuk bereaksi
menjadi sempurna, sehingga ada sebagian hidrokarbon yang keluar pada saat
proses pembuangan.
Selain itu emisi gas buang hidrokarbon timbul oleh sebab-sebab di
bawah ini :
a.
Dinding ruang
bakar yang bertemperatur rendah sehingga mengakibatkan HC di sekitar dinding
tidak terbakar dan keluar bersama gas buang.
b.
Pembakaran yang
tidak merata (ever misfire).
c.
Adanya overlap
intake valve (kedua katup bersama-sama membuka) sehingga HC berfungsi
sebagai gas pembilas/pembersih. (Swisscontact,
2001)
Terdapat zat hidrokarbon dalam gas buang yang belum
terbakar. Banyaknya tergantung dari keadaan waktu berjalan seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel HC dalam situasi pembakaran
Sumber : (Arends, B, 1980)
Sebuah kendaraan bermotor
dari proses bekerjanya dapat menghasilkan
polutan yang berupa gas-gas
CO, HC, NOx, SOx dan partikulat Pb
(Heiiler, 1995). Beberapa
macam gas pulutan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor tersebut bersumber
dari beberapa bagian dari system kendaraan
bermotor. Bagian
dari kendaraan yang menghasilkan gas-gas polutan dapat
dijelaskan berikut ini (Heisler
Heinz, 1995).
a.
Crankcase
system ( rumah mesin)
Pada rumah mesin terdapat piston dan ring piston
pada silinder. Pada saat mesin beroperasi, piston dan ring piston terjadi
gesekkan dengan dinding silinder untuk memampatkan gas agar terjadi ledakan
atau pembakaran campuran udara dan bahan bakar. Dari ventilasi ruang mesin akan
keluar gas sisa pembakaran berupa hidro karbon (HC) dan karbon monoksida (CO). Selain itu juga bisa melewati dan lubang isap
atau lubang buang dan ruang pembakaran). Gas ini hanya dapat keluar pada saat kendaraan beroperasi
atau dinyalakan. Sedangkan pada saat kendaraan standby atau dalam kondisi mesin mati,
tidak mengeluarkan gas. (Heisler Heinz, 1995)
b.
Sistem
tangki bahan bakar
Pada sistem bahan bakar, dapat menghasilkan gas hidro
karbon (HC) dan proses evaporasi bahan bakar. Dan tangki bahan bakar, melalul lubang ventilasinya dapat mengeluarkan
gas tersebut. Selain dan tangki bahan bakar, dapat juga keluar dan karburator
(Heisler Heinz, 1995)..
c.
Sistem
saluran gas buang
Saluran gas buang dapat
menghasiikan gas pencemar karbon monoksida (CO), hidro karbon (HC), timbal
(Pb), nitrogen oksida (NO) dan sulfida oksida (SOx) (Heisler Heinz, 1995). Gas
pencemar ini berasal dan proses pembakaran pada ruang bakar, yang kemudian
disalurkan lewat knalpot. Sehingga gas ini hanya berproduksi pada saat mesin
beroperasi.
- Karbon Monoksida (CO)
Karbon
Monoksida (CO), tercipta dari bahan bakar yang terbakar sebagian akibat
pembakaran yang tidak sempurna ataupun karena campuran bahan bakar dan udara
yang terlalu kaya (kurangnya udara). CO yang dikeluarkan dari sisa hasil
pembakaran banyak dipengaruhi oleh perbandingan campuran bahan bakar dan udara
yang dihisap oleh mesin, untuk mengurangi CO perbandingan campuran ini harus
dibuat kurus, tetapi cara ini mempunyai efek samping yang lain, yaitu NOx akan
lebih mudah timbul. CO sangat berbahaya karena tidak berwarna maupun berbau,
mengakibatkan pusing, mual. (Wira, 2016)
Karbon Monoksida hanya
terdapat pada gas buang yang merupakan produk pembakaran yang tidak sempurna
karena jumlah udara tidak cukup atau tidak cukupnya waktu untuk siklus yang
sempurna dari proses pembakaran. Emisi Karbon Monoksida disebabkan
oleh pembakaran campuran kaya, dimana l
< 1,0. Pada campuran ini, dimana tidak cukupnya oksigen untuk mengoksidasi semua
karbon menjadi Karbon Dioksida. Sejumlah kecil karbon monoksida juga
dihasilkan pada kondisi campuran miskin karena efek kinetik kimia. Emisi karbon
monoksida dikontrol dengan pengaturan air fuel ratio dari campuran yang
memasuki ruang bakar, (Matur, 1980).
Prosentase
CO meningkat pada saat idle dan menurun dengan naiknya putaran.
Pada kendaraan penumpang persentase CO yang dihasilkan adalah 7% dengan
campuran kaya dan 1,25 % dengan campuran mendekati stokiometri. Emisi CO yang
dihasilkan oleh motor bensin paling tinggi terjadi pada saat idle & deceleration. Dan paling
rendah selama acceleration dan pada kecepatan tetap , (Mathur, 1980)
Terimakasih atas informasinya, gan.
BalasHapushttps://pakgalingging.blogspot.com