- Pengertian Emisi Gas Buang
Emisi
gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran
dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang dikeliarkan melalui sistem
pembuangan mesin. Sisa hasil pembakaran beerupa air (H2O), gas CO
atau disebut juga karbon monoksida yang beracun, CO2 atau disebut
juga karbon monoksida yang merupakan gas rumah kaca, NOx senyawa nitrogen
oksida, HC berupa senyawa hidrat arang sebagai akibat ketidak sempurnaan proses
pembakaran serta partikel lepas (Krisna, 2015).
Proses pembakaran merupakan suatu proses, dimana reaksi
kimia antara bahan bakar dengan oksigen sehingga menghasilkan CO2, H2O
dan energi. Proses pembakaran yang sempurna memerlukan gas yang ideal untuk
dibakar pada waktu yang tepat. Maka dari itu, jika proses pembakaran bahan
bakar tidak berlangsung dengan baik, maka proses pembakaran tidak akan mencapai
efisiensi yang maksimum. Setelah langkah usaha, gas buang terbentuk, sehingga
dapat dilihat bagaimana unjuk kerja mesin (Krisna, 2015).
Sejatinya emisi gas
sangat bergantung pada perbandingan bahan bakar udara yang digunakan. Pada motor
bensin yang konvensional dengan perbandingan bahan bakar udara yang kaya, kadar
NOх dalam gas buang turun, akan tetapi kadar CO dan HC naik. Jika digunakan
perbandingan bahan bakar udara yang miskin, kadar CO dan HC turun, tetapi kadar
NOх naik. Sedangkan jika digunakan perbandingan campuran yang sangat miskin,
kadar CO dan NOх turun, tetapi kadar HC bertambah besar. Hal tersebut
disebabkan karena terjadinya kesulitan penyalaan, kecepatan pembakaran yang
rendah serta pembakaran yang tidak stabil. (Arismunandar, 2005)
Uji emisi diperlukan untuk mengetahui
kadar gas berbahaya yang terkandung dalam gas buang kendaraan yang pada umumya
gas buang tersebut membawa dampak negatif baik dilihat dari segi lingkungan
maupun kesehatan. Tingginya emisi gas buang terjadi akibat beberapa kondisi
komponen teknis kendaraan ataupun dari bahan bakar itu sendiri.
Dalam
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta no. 39 tahun 2010, kendaraan
bermotor dikategorikan dalam 4 kelompok yaitu kategori L (kendaraan bermotor
beroda kurang dari empat), kategori M (kendaraan bermotor beroda empat atau
lebih dan digunakan untuk angkutan orang), kategori N (kendaraan bermotor
beroda empat atau lebih dan digunakan untuk angkutan barang), dan kategori O
(kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau kereta tempel). Berikut baku
mutu emisi gas buang sumber bergerak kendaraan bermotor yang telah ditetapkan
Per.MENLH no 05 tahun 2006.
Tabel Baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor tipe L
(Per.MENLH no
05 Tahun 2006)
Emisi
gas buang yaitu gas yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Gas sisa yang
dikeluarkan oleh sistem pembuangan kendaraan bermotor merupakan sumber utama
emisi, tetapi sebenarnya ada sumber lain yaitu evaporasi sistem bahan bakar,
dan emisi dari dalam tangki bahan bakar. Bahan bakar sendiri terdiri dari
beberapa senyawa hidrokarbon yang jika terjadi pembakaran sempurna dengan
oksigen akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O)
yang tidak berbahaya bagi kesehatan umat manusia dan lingkungan. Tetapi pada
kondisi yang sebenarnya, pembakaran sempurna pada mesin sangat sulit
didapatkan, sehingga dihasilkan
gas-gas sisa pembakaran yang berbahaya dan beracun seperti CO, NOx, HC, dan
sebagainya (Pradana, 2012).
Gambar . sumber emisi pada kendaraan
Sumber
: Pradana, 2012
Ada empat sumber polusi yang berasal dari kendaraan bermotor,
yaitu :
a. Pipa gas buang (knalpot) adalah sumber yang paling utama (65-85%)
dan mengeluarkan hidrokarbon (HC) yang terbakar maupun tidak terbakar,
bermacam-macam nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO) dan campuran
alkohol, aldehida, keton, penol, asam, ester, ether, epoksida, peroksida dan
oksigen yang lain.
b. Bak oli adalah sumber kedua (20%) dan mengeluarkan hidrokarbon
yang terbakar maupun tidak yang dikarenakan blowby.
c. Tangki bahan bakar adalah faktor yang disebabkan oleh cuaca panas
dengan kerugian penguapan hidrokarbon mentah (5%).
d. Karburator adalah faktor lainnya, terutama saat berkendara pada
posisi stop and go (kondisi macet) dengan cuaca panas, dengan kerugian
penguapan dan bahan bakar mentah (5-10%) (Warju, 2009)
- Perilaku Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
Senyawa-senyawa
di dalam gas buang terbentuk selama energi diproduksi untuk menjalankan
kendaraan bermotor. Beberapa senyawa yang dinyatakan dapat membahayakan
kesehatan adalah berbagai oksida sulfur, oksida nitrogen, dan oksida karbon,
hidrokarbon, logam berat tertentu dan partikulat. Pembentukan gas buang
tersebut terjadi selama pembakaran bahan bakar fosil-bensin dan solar didalam
mesin. Dibandingkan dengan sumber stasioner seperti industri dan pusat tenaga
listrik, jenis proses pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor
tidak sesempurna dan menghasilkan bahan pencemar dengan kadar yang lebih
tinggi, terutama berbagai senyawa organik dan oksida nitrogen, sulfur dan
karbon.
Gas
buang kendaraan bermotor juga langsung masuk ke lingkungan udara di jalan-jalan
raya yang seringkali dekat dengan hunian masyarakat, dibandingkan dengan gas
buang dari cerobong industri yang tinggi. Dengan demikian maka masyarakat yang
tinggal atau melakukan kegiatan lainnya di sekitar jalan-jalan raya yang padat
lalu lintas kendaraan bermotor dan mereka yang berada di jalan raya seperti
para pengendara bermotor, pejalan kaki, dan polisi lalu lintas, penjaja
makanan, selalu terpajan oleh bahan pencemar yang kadarnya cukup tinggi.
Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung kepada tinggi rendahnya pencemar
yang dikaitkan dengan kondisi lalu lintas pada saat tertentu (Tri Tugaswati,
1995)
Estimasi
emisi kendaraan bermotor dilaksanakan dengan satu asumsi bahwa semua aktivitas
kendaraan bermotor adalah sama terlepas dari adanya variasi lalu lintas dan
cara mengemudi. Faktor emisi didasarkan kepada kecepatan rata-rata dan
diasumsikan di daerah perkotaan (Nasamani, et.al, 2006). Menurut Liu, et.al
(2007) perbedaan emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor di kedua
kota besar di China terjadi karena perbedaan kebijakan dalam bidang manajemen
transportasi antar kedua kota tersebut. Emisi kendaraan bermotor berbeda antara
satu daerah dengan daerah lainnya disebabkan oleh perbedaan disain jalan maupun
kondisi lalu lintas (Huan, et.al,2007).
Emisi kendaraan bermotor di jalan disebabkan oleh tiga faktor yaitu volume
total kendaraan bermotor; karakteristik kendaraan bermotor; kondisi umum
lalu lintas saat itu (Zongan, et.al, 2005).
Emisi utama yang ke tiga adalah oksida dari nitrogen
(NOx). Udara yang ditambahkan pada pembakaran mengandung sekitar 77 % nitrogen.
Pada temperatur rendah, nitrogen adalah lemah dan tidak bereaksi dengan
oksigen, tetapi pada temperatur yang lebih tinggi dari 1100°C nitrogen bereaksi
dengan oksigen. Selama proses pembakaran nitrogen yang terdapat pada campuran
bahan bakar udara, karena temperatur dalam ruang bakar yang tinggi maka
nitrogen bereaksi dengan oksigen dengan membentuk oksida nitrogen (NOx).
Beberapa oksida dari nitrogen adalah sangat berbahaya dan beracun (Mathur,
1980).
Emisi
kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan
senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat
pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini
membuat pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh
mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja,
hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual
selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar,
yang umumnya tidak terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin (Tri Tugaswati,
2007).
Walaupun
gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya
seperti nitrogen, karbon dioksida dan uap air, tetapi didalamnya
terkandung juga senyawa lain dengan
jumlah yang cukup be sar yang dapat membahayakan gas buang membahayakan
kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas
buang buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa
hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat
debu termasuk timbel (PB). Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbel
organik, dilepaskan keudara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar.
Lalu lintas kendaraan bermotor, juga dapat meningkatkan kadar partikular debu
yang berasal dari permukaan jalan, komponen ban dan rem. Setelah berada di
udara, beberapa senyawa yang terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor
dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar matahari
dan uap air, atau juga antara senyawa-senyawa tersebut satu sama lain (Tri Tugaswati,
2007).
Proses
reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga di
lingkungan jalan raya, dan adapula yang berlangsung dengan lambat. Reaksi kimia
di atmosfer kadangkala berlangsung dalam sua tu rantai reaksi yang panjang dan
rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau lebih lemah
dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di udara yang
mengubah nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di dalam gas buang kendaraan
bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2 ) yang lebih reaktif, dan
reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan senyawa hidrokarbon yang
menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan fotokimi (photochemical
smog). Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di tempat asal
sumber (kota), tetapi dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak pembentukan smog
ini tergantung pada kondisi reaksi dan kecepatan angin. Untuk bahan
pencemar yang sifatnya lebih stabil sperti limbah (Pb), beberapa
hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik, dapat jatuh ke tanah bersama
air hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah dan air.
Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke dalam rantai makanan yang pada
akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran, susu ternak, dan produk
lainnya dari ternak hewan. Karena banyak industri makanan saat ini akan dapat
memberikan dampak yang tidak diinginkan pada masyarakat kota maupun desa (Tri Tugaswati,
2007).
Emisi gas
buang kendaraan bermotor juga cenderung membuat kondisi tanah dan air menjadi
asam. Pengalaman di negara maju membuktikan bahwa kondisi seperti ini dapat
menyebabkan terlepasnya ikatan tanah atau sedimen dengan beberapa
mineral/logam, sehingga logam tersebut dapat mencemari lingkungan (Tri Tugaswati,
2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar