Catalytic Converter pada dasarnya merupakan sebuah
reaktor unggun tetap (Fixed Bed Reaktor) yang
beroperasi dinamis dan mengolah zat-zat yang mengandung emisi gas buang
berbahaya menjadi zat-zat yang tidak berbahaya. Catalytic Converter merupakan sebuah converter (pengubah) yang menggunakan
media yang bersifat katalis, dimana media tersebut diharapkan dapat membantu
atau mempercepat terjadinya proses perubahan suatu zat (reaksi kimia) sehingga
gas seperti CO dapat teroksidasi menjadi CO2 (Springer-Verlag. New York Inc, 1970).
Catalytic Converter terpasang pada saluran gas buang kendaraan bermotor, yang fungsinya
untu mereduksi polutan yang dihasilkan oleh kendaraan saat
beroperasi. Proses atau cara kerja dari catalytic converter ini rnerupakan suatu reaksi kimia untuk mengubah
bentuk suatu senyawa menjadi senyawa lain dengan bantuan sebuah media yang
nantinya disebut sebagai catalytic
converter.
Catalytic Converter terpasang pada saluran gas buang kendaraan bermotor, yang fungsinya
untu mereduksi polutan yang dihasilkan oleh kendaraan saat
beroperasi. Proses atau cara kerja dari catalytic converter ini rnerupakan suatu reaksi kimia untuk mengubah
bentuk suatu senyawa menjadi senyawa lain dengan bantuan sebuah media yang
nantinya disebut sebagai catalytic
converter.
Catalytic converter yang umum dipakai ada berbagai macam
bentuk, secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua golongan (Husselbee W.L., 1985), yaitu: Sistem
ini sering disebut juga Sigle bed
Oksidation, mampu mengubah CO dan HC menjadi CO2 dan H20.
Catalytic jenis ini beroperasi pada beroperasi pada kendaraan udara
berlebih (Excess air setting). Udara
berlebih yang digunakan untuk proses oksidasi dapat diperoleh melalui
pengaturan campuran miskin (Lean mixture setting) atau sistem injeksi
udara sekunder. Jenis ini banyak digunakan pada motor diesel karena
kemampuannya mengoksidasi zat-zat partikel dengan mudah.
Pada system ini terdiri
dari dua system katalis yang dipasang segaris. Dimana gas buang pertama kali
mengalir melalui Catalytic Reduksi dan kemudian Catalytic Oksidasi.
Sistem pertama (bagian depan) merupakan kalatis reduksi yang berfungsi
menurunkan emisi NOx, sedang system kedua ( bagian belakang ) merupakan katalis
oksida yang menurunkan emisi HC dan CO. Mesin yang dilengkapi dengan system ini
biasanya dioperasikan dengan kondisi campuran kaya.
Tipe yang lain adalah Tree-Way Catalytic Converter. Pada tipe ini dirancang untuk
mengurangi gas-gas polutan seperti CO, HC dan Nox yang keluar dari exhaust
system dengan cara mengubah melalui reaksi kimia menjadi CO2. Uap
air (H2O) dan Nitrogen (N) (Emission
Control Toyota, 2000).
Pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang yang
menggunakan bahan logam katalis Pd, Pt dan Rh dengan penyangga alumina, silica
dan keramik, saat ini memerlukan biaya yang cukup mahal dalam pembuatannya,
sulit di dapat dan kurang cocok digunakan di Indonesia yang bahan bakarnya
masih ada yang mengandung Pb. Jenis Catalytic Converter ini dapat mengkonversi emisi gas buang (CO, HC dan NOx)
cukup tinggi (80 - 90%) (Warju, 2006).
Aplikasi pada perlakuan
terhadap gas buang kendaraan bermotor dengan memasang Catalytic Converter
banyak dikembangkan dan dilakukan oleh peneliti akhir-akhir ini. Menurut Dowden
dalam bukunya "Catalytic Hand Book", umumnya Catatytic Converter yang dipakai pada
kendaraan bermotor (ada di pasaran) adalah tipe pelet dan monolithic dengan
bahan katalis dari logam-logam mulia seperti Paladium (Pd), Platinum (Pt), dan
Rodium (Rh) (Dowden. 1970).
Logam-logam mulia tersebut
memiliki aktifitas spesifik yang tinggi, namun memiliki tingkat volatilitas
besar, mudah teroksidasi dan mudah rusak pada suhu 500 – 900 oC
sehingga mengurangi aktifitas katalis. Selain itu logam-logam mulia tersebut
mempunyai kelimpahan yang rendah dan harga yang cukup mahal.
Oleh sebab itu penggunaan
logam transisi yang mempunyai kelimpahan yang tinggi dan harga relatif murah
dapat menjadi salah satu alternatif. Beberapa oksida logam transisi yang cukup
aktif dalam mengoksidasi emisi gas CO antara lain: CuO, NiO dan Cr2O3.
Beberapa bahan yang diketahui sebagai katalis oksidasi yaitu Platinum.
Plutonium, nikel, Mangan, Chromium dan oksidanya dari logam-logam tersebut
Sedangkan beberapa logam diketahui sebagai katalis reduksi, yaitu besi,
tembaga, nikel paduan dan oksida dari bahan-bahan tersebut (Obert, 1973).
Penelitian
yang dilakukan oleh Dwyer dengan menggunakan skala laboratorium menunjukkan
bahwa aktifitas Catalytic Copper Chromite yang merupakan campuran antara
CuO dengan Cr2O3 lebih baik daripada campuran tunggalnya
dalam mengosidasi CO. Disamping itu masih ada logam katalis yang lebih murah,
mudah dikerjakan dan mudah didapat untuk dijadikan catalityc converter antara lain : CuO/zeolite alam, Cu-Al2O3, Cu,
Mn, Mg dan Zeolit Alam, Catalytic Converter
jenis ini mampu mengurangi emisi gas buang (CO, HC, Nox) cukup tinggi antara
16% sampai 80% (Dwyer, 1973).
Sebuah
instrumen yang mengubah bahan kimia beracun mesin pembakaran internal katalis
merangsang reaksi kimia beracun, pembakaran katalis bensin karbon monoksida
hidrokarbon tak terbakar oksida nitrogen karbondioksida nitrogen air catalytic
converter adalah dalam gas buang dari menjadi zat berbahaya lebih sedikit.
Di dalam catalytic converter, sebuah yang produk samping dari dikonversi
menjadi zat yang kurang beracun dengan cara reaksi kimia. Reaksi spesifik
bervariasi sesuai dengan jenis katalis yang didispersikan. Sebagian besar
kendaraan pada dilengkapi dengan three way converter, dinamakan demikian
karena itu mengkonversi tiga polutan utama dalam knalpot mobil yaitu reaksi
mengkonversi (CO) dan (HC), serta (NO x ) untuk menghasilkan (CO 2 ), (N 2 ), dan
(H 2 O)
(IPA, 2011).
Pada
kenderaan bermotor berbahan bakar bensin, biasanya digunakan three way
catalytic converter, sebuah katalik konverter mempunyai tiga tugas secara
simultan yaitu:
1. Pengurangan oksida nitrogen untuk nitrogen dan oksigen : 2 NOx → NO2 + N 2
2. Oksidasi karbon monoksida menjadi karbon dioksida: 2 CO + O 2 → 2 CO2
3. Oksidasi hidrokarbon yang tidak terbakar (HC) menjadi karbon
dioksida dan air : CxH2x +2 + [(3x +1) / 2] O 2 → x CO2 + (x
+1) H2O
Ketiga reaksi
terjadi paling efisien bila catalytic converter menerima gas buang dari
mesin sedikit di atas titik stoikiometri. Titik ini adalah antara 14,6 dan 14,8
bagian udara untuk 1 bagian bahan bakar bensin. Rasio untuk bahan bakar gas
cair (LPG), gas alam dan etanol bahan bakar adalah masing-masing sedikit
berbeda, membutuhkan pengaturan sistem bahan bakar dimodifikasi saat
menggunakan bahan bakar tersebut. Secara umum, mesin dilengkapi dengan 3-way
catalytic converter dilengkapi dengan komputerisasi loop tertutup
umpan balik bahan bakar, injeksi menggunakan satu atau lebih sensor oksigen,
meskipun pada awal penyebaran tiga cara konverter, karburator dilengkapi untuk
kontrol umpan balik campuran yang digunakan (IPA, 2011).
Prinsip
kerja catalytic converter adalah
sebagai berikut :
a. Tahap awal dari proses
yang dilakukan pada Catalytic Converter adalah reduction catalyst.
Tahap ini menggunakan Platinum dan Rhodium untuk membantu mengurangi emisi NOx.
Ketika molekul NO atau NO2 bersinggungan dengan katalis, sirip katalis
mengeluarkan atom nitrogen dari molekul dan menahannya. Sementara oksigen yang
ada diubah ke bentuk O2. Atom nitrogen yang terperangkap dalam
katalis tersebut diikat dengan atom nitrogen lainnya sehingga terbentuk format
N2. Rumus kimianya sebagai berikut:
2NO
=> N2 + O2 atau 2NO2 => N2 +
2O2
b.
Tahap kedua dari proses di dalam catalytic converter adalah
oxidization catalyst. Proses ini mengurangi hidrokarbon yang tidak
terbakar di ruang bakar dan CO dengan membakarnya (oxidizing) melalui
katalis platinum dan
palladium. Katalis ini membantu reaksi CO dan HC dengan oksigen yang ada di
dalam gas buang. Reaksinya sebagai berikut:
2CO + O2 => 2CO2
c.
Tahap ketiga
adalah pengendalian sistem yang memonitor arus gas buang. Informasi yang
diperoleh dipakai lagi sebagai kendali sistem injeksi bahan bakar. Ada sensor
oksigen yang diletakkan sebelum catalytic converter dan cenderung lebih
dekat ke mesin daripada konverter itu sendiri. Sensor ini memberi informasi ke Electronic
Control System (ECS) seberapa banyak oksigen yang ada di saluran gas buang.
ECS akan mengurangi atau menambah jumlah oksigen sesuai rasio udara-bahan
bakar. Skema pengendalian membuat ECS memastikan kondisi mesin mendekati rasio
stoikiometri dan memastikan ketersediaan oksigen di dalam saluran buang untuk
proses oxidization HC dan CO yang belum terbakar. (Ellyanie 2011)
Terimakasih atas informasinya, gan.
BalasHapushttps://pakgalingging.blogspot.com